Pengelolaan Kurikulum Yang Dilaksanakan Pada Lembaga Pendidikan
Secara umum pengelolaan dalam lembaga pendidikan belum efektif. Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan dan bahkan pelaksanaan inovasi dari kurikulum tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka. Guru masih mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang, karena sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin diubah. Disamping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa aman atau kepuasan.
Sistem persekolahan yang terbangun saat ini belum mampu menunjukkan ciri-ciri membangun proses belajar yang berpusat pada anak, inovatif dan luwes, dipijakkan pada bakat dan minat anak yang beragam, dan unik, serta multi-cerdas, mendorong kebiasaan belajar yang sehat, membangun kreatifitas, dan tanggungjawab, membangun toleransi, terjangkau secara financial, relevan dengan kebutuhan peserta didik secara nyata. Bahkan ada kecenderungan negatif atas ciri-ciri tersebut. Sekolah masih terjebak dalam formalisme yang luar biasa, dengan jadwal belajar yang sangat kaku, dan amat berorientasi pada kurikulum dan guru, bukan pada anak. Padahal, seharusnya kurikulum dan guru diorientasikan bagi kepentingan terbesar peserta didik sebagai konsumen dengan kebutuhan yang unik sekaligus beragam.
Sistem persekolahan yang kaku ini telah mengakibatkan tingkat putus-sekolah yang tinggi, tidak hanya di kawasan perkotaan, namun terutama justru di daearah pedesaan. Bahkan ada kecenderungan, sekolah justru mengasingkan anak-anak ini dari lingkungan mereka sehari-hari. Karena banyak guru yang tidak berkompeten, KTSP sebagai strategi untuk membangun kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan anak boleh dikatakan gagal dilaksanakan di lapangan.
Namun untuk sekolah yang saya amati dalam proses observasi (SMK Negeri 57 Jakarta Selatan) telah memperlihatkan pengelolaan kurikulum yang sudah efektif, diantaranya terlihat dari aspek-aspek di bawah ini :
a. Dalam pengelolaanya sekolah mampu memberikan layanan optimal kepada seluruh anak dengan berbagai perbedaan bakat, minat kebutuhan belajar. Sekolah menyediakan saran dan prasarana untuk mengapilikasiakan materi yang disampaikan seperti adanya restoran, hotel, dan aula pertemuan yang dapat disewakan.
b. Mampu meningkatkan secara signifikan kapabilitas yang dimiliki anak didik menjadi aktualisasi diri yang memberikan kebanggaan
c. Mampu membangun karakter kepribadian yang kuat, kokoh dan mantap dalam diri siswa
SMK Negeri 57 Jakarta Selatan dalam kegiatannya menjadikan KTSP sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembelajaran. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru.
Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki visi menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan pariwisata berstandar internasional pada tahun 2011 membuka 3 program keahlian yaitu :
a. Program Keahlian Restoran.
b. Program Keahlian Usaha Jasa Pariwisata.
c. Program Keahlian Perhotelan.
Di dalam penyusunan kurikulum SMK mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok normatif, adaptif, dan produktif. Kelompok normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya. Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan. Kelompok produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan.
Adapun muatan lokal yang ada di SMK 57 adalah bahasa Prancis dan Jepang. Adapun pengembangan diri di SMK Negeri 57 adalah Paskibra, PMR, KIR dan lainnya.
Sumber : hasil Observasi di SMK 57 tahun 2008
No comments:
Post a Comment