Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Masyarakat ilmiah merupakan kategori masyarakat yang warganegaranya memiliki sifat ingin mengetahui segala fenomena yang ada, dengan melakukan kegiatan pengkajian secara ilmiah berbagai bidang ilmu, agar memperoleh kebenaran yang teruji sesuai dengan metode ilmu pengetahuan.
Dalam metode dan proses belajar mengajar yang digunakan dalam masyatakat ilmiah berbeda dengan proses yang dipakai oleh SLTP dan SLTA yang lebih bersifat arahan (courses). Dosen dan mahasiswa sebagai sivitas akademika dalam pengembangan ilmu pengetahuan lebih bersifat (discourses). Ciri-ciri masyarakat ilmiah Febrian (2000:11) mengatakan bahwa: “kritis, objektif, analitis, kreatif dan konstruktif, bebas dari prasangka, kesejawatan/kemitraan khususnya di antara sivitas akademika, dialogis, memiliki dan menjunjung tinggi norma dan susila akademik serta tradisi ilmiah, dinamis berorientasi ke masa depan dan sebagainya”.
Demikian juga dengan pembelajaran. Satu materi pembelajaran jika diajarkan oleh dosen/pengajar yang berbeda akan dirasakan oleh warga belajar dengan rasa yang berbeda pula. Jika warga belajar ditanya kenapa dosen A banyak disenangi oleh mahasiswa, dapat ditebak bahwa jawabannya akan berkisar pada cara mengajar dosen A yang menarik. Ilustrasi di atas menggambarkan arti penting strategi atau teknik atau cara dalam melakukan pekerjaan. Terlebih lagi bagi dosen di perguruan tinggi. Kenapa Perguruan Tinggi? Karena asumsinya bahwa mahasiswa adalah orang dewasa yang sudah mampu berpikir kritis, dan dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik bagi mereka. Di samping itu mahasiswa juga dapat menggunakan otak mereka dalam belajar tanpa harus dipaksa. Berdasarkan alasan di atas, seorang dosen dapat menyampaikan materi perkuliahan dengan strategi yang bervariasi, dan tentunya melibatkan mahasiswa secara aktif. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar dan kalau bisa diusahakan untuk menumbuhkan daya kreativitas sehingga mampu membuat inovasi-inovasi. Strategi pembelajaran ini disebut dengan Strategi Pembelajaran Aktif.
Pembelajaran aktif Zaini dkk. (2002:12) mengatakan bahwa:“suatu pembelajaran yang mengajak mahasiswa untuk belajar secara aktif”. Ketika mahasiswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, mahasiswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya mahasiswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh mahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika mahasiswa pasif, atau hanya menerima dari dosen, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikuti informasi yang baru saja diterima dari dosen. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Mengapa demikian? Karena salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru atau pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan dikelas berlangsung. Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran disekolah. Menyadari kenyataan seperti ini para ahli pendidikan telah menemukuan beberapa strategi belajar yang telah diterapkan pada para pendidik dan yang akan kami bahas pada makalah ini mengenai strategi pembelajaran.
Masyarakat ilmiah merupakan kategori masyarakat yang warganegaranya memiliki sifat ingin mengetahui segala fenomena yang ada, dengan melakukan kegiatan pengkajian secara ilmiah berbagai bidang ilmu, agar memperoleh kebenaran yang teruji sesuai dengan metode ilmu pengetahuan.
Dalam metode dan proses belajar mengajar yang digunakan dalam masyatakat ilmiah berbeda dengan proses yang dipakai oleh SLTP dan SLTA yang lebih bersifat arahan (courses). Dosen dan mahasiswa sebagai sivitas akademika dalam pengembangan ilmu pengetahuan lebih bersifat (discourses). Ciri-ciri masyarakat ilmiah Febrian (2000:11) mengatakan bahwa: “kritis, objektif, analitis, kreatif dan konstruktif, bebas dari prasangka, kesejawatan/kemitraan khususnya di antara sivitas akademika, dialogis, memiliki dan menjunjung tinggi norma dan susila akademik serta tradisi ilmiah, dinamis berorientasi ke masa depan dan sebagainya”.
Demikian juga dengan pembelajaran. Satu materi pembelajaran jika diajarkan oleh dosen/pengajar yang berbeda akan dirasakan oleh warga belajar dengan rasa yang berbeda pula. Jika warga belajar ditanya kenapa dosen A banyak disenangi oleh mahasiswa, dapat ditebak bahwa jawabannya akan berkisar pada cara mengajar dosen A yang menarik. Ilustrasi di atas menggambarkan arti penting strategi atau teknik atau cara dalam melakukan pekerjaan. Terlebih lagi bagi dosen di perguruan tinggi. Kenapa Perguruan Tinggi? Karena asumsinya bahwa mahasiswa adalah orang dewasa yang sudah mampu berpikir kritis, dan dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik bagi mereka. Di samping itu mahasiswa juga dapat menggunakan otak mereka dalam belajar tanpa harus dipaksa. Berdasarkan alasan di atas, seorang dosen dapat menyampaikan materi perkuliahan dengan strategi yang bervariasi, dan tentunya melibatkan mahasiswa secara aktif. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar dan kalau bisa diusahakan untuk menumbuhkan daya kreativitas sehingga mampu membuat inovasi-inovasi. Strategi pembelajaran ini disebut dengan Strategi Pembelajaran Aktif.
Pembelajaran aktif Zaini dkk. (2002:12) mengatakan bahwa:“suatu pembelajaran yang mengajak mahasiswa untuk belajar secara aktif”. Ketika mahasiswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, mahasiswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya mahasiswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh mahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika mahasiswa pasif, atau hanya menerima dari dosen, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikuti informasi yang baru saja diterima dari dosen. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Mengapa demikian? Karena salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru atau pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan dikelas berlangsung. Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran disekolah. Menyadari kenyataan seperti ini para ahli pendidikan telah menemukuan beberapa strategi belajar yang telah diterapkan pada para pendidik dan yang akan kami bahas pada makalah ini mengenai strategi pembelajaran.
Sumber : Hasil Makalah Novita Amelia MP FIP UNJ 2007
No comments:
Post a Comment