About Me

My photo
Hidup ku adalah melakukan segalanya untuk kebermanfaatan Hidup ku adalah selalu bersyukur atas segala nikmat Allah. Hidupku adalah menjalankan segalanya dengan penuh rasa tanggung jawab dan kelapangan hati dan fikiran Hidupku adalah nikmat yang harus selalu meminta keberkahan sang Pencipta. " Menjadi apa yang kita mau akan terasa mudah jika kita meyakini dan mensyukuri"

Saturday, November 14, 2009

Strategi EFE dalam Pembelajaran

Berbicara tentang pendidikan tak pernah beralas ruang kosong karena pendidikan itu sendiri berimplikasi pada kehidupan manusia, dimana masa depan tergantung pada kontribusi pendidikannya. Berbagai kritikan telah banyak dilancarkan dari berbagai kalangan terhadap pendidikan, yang salah satunya tertuju pada konflik dimana problematika pendidikan seputar kualitas menjadi pertanyaan yang relevan. Berbagai upaya strategis dalam peningkatan kualitas serta kuantitas peserta didik yang membawa nama pendidikan telah dilakukan oleh pihak Pemerintah. Upaya -upaya tersebut membuat sebuah perubahan yang inkrimental walaupun yang sebenarnya dibutuhkan dalam perbaikan pendidikan adalah penataan substansi yang relevan sesuai keadaan yang realitas.
Peringkat Indonesia berdasarkan Human Development Index dibandingkan beberapa Negara pada tahun (1995, 2000, 2003, 2004, 2005, 2008) :
Negara Index Peringkat Pada Tahun
1995 2000 2003 2004 2005 2008
Vietnam 108 112 109 108 120 114
Philipina 84 83 85 77 100 102
China 85 94 104 99 111 94
Malaysia 61 59 58 61 59 63
Thailand 73 76 74 76 58 81
Indonesia 110
111 112 109 104 109










Bukan berarti gelar peringkat menjadi kebanggaan besar terhadap upaya yang telah dicapai serta layak dihargai, memang realitasnya jauh diatas negara tetangga. Pada tahun 2008 seperti Singapura di peringkat 28, Malaysia di 63, dan Brunei di 27, walaupun Bangsa ini mampu menyaingi Vietnam di 114 dan Myanmar di 135. Berpikir untuk berubah, bangsa ini (Indonesia) memang sepatutnya merefleksikan terhadap krisis pendidikan yang terjadi karena segala sesuatunya yang akan terjadi didepan tergantung apa yang harus dilakukan sekarang dan memperbaiki pada masa sebelumnya.
Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi bangsa ini adalah penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang berimbas pada peserta didik yang belum kompeten sesuai hasil yang ingin dicapai tujuan pendidikan. Apa daya bagi suatu Bangsa, dimana calon-calon penentu masa depan (peserta didik) belum mampu menapak awal kualitas pendidikannya terutama kinerja yang berimplikasi terhadap pendidikan?. Dalam konteks etika masa depan, visi pendidikan seharusnya lahir dari kesadaran bahwa kita sebaiknya jangan menanti apapun dari masa depan, tetapi kita sendirilah yang seharusnya menyiapkannya.

A. Hakikat Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Prosesn penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi. Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa. Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pebelajar. Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman (Pranata, Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.


Novita Amelia Mahasiswi Manajemen Pendidikan UNJ 2007

No comments:

Post a Comment

Swety_Honey_Bee.. Winnie..

Swety_Honey_Bee.. Winnie..

WINNIE



Get your myspace layouts where I get them, at pYzam.com.
MySpaceLayouts

Pembicara di PLMJ Kampus..

Pembicara di PLMJ Kampus..