About Me

My photo
Hidup ku adalah melakukan segalanya untuk kebermanfaatan Hidup ku adalah selalu bersyukur atas segala nikmat Allah. Hidupku adalah menjalankan segalanya dengan penuh rasa tanggung jawab dan kelapangan hati dan fikiran Hidupku adalah nikmat yang harus selalu meminta keberkahan sang Pencipta. " Menjadi apa yang kita mau akan terasa mudah jika kita meyakini dan mensyukuri"

Friday, May 15, 2009

Beasisiwa Melecut

BEASISWA SUPERSEMAR MELECUT SEMANGAT BELAJAR Laporan: HAR
Hadirnya bantuan beasiswa Supersemar kepada anak keluarga miskin, pelajar, mahasiswa, yatim piatu, penderita cacat, anak para veteran, mampu membangkitkan kembali secercah harapan mereka untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Benarkah demikian? Tak bisa dipungkiri, sejak lama, malah sejak didirikan oleh mantan Presiden RI kedua, Yayasan Supersemar dirasakan mendatangkan banyak manfaat bagi anak-anak bangsa ketika mereka dilanda kesulitan dana untuk menyiapkan dirinya menjadi sumber daya manusia pembangunan dan pengabdi kepada masyarakat, sebagai wujud terima kasih mereka. Setidaknya komentar tersebut diucapkan para mantan penerimanya sendiri, seperti terangkum dalam tulisan berikut ini. Adalah Dra Neni Kramadisurya, yang merasakan betul betapa penting kehadiran dana beasiswa Supersemar bagi pelajar berkualitas yang berasal dari keluarga kurang mampu. Beasiswa pendidikan itu sangat tepat adanya. Terlebih bila melihat besarnya jumlah manusia pembangunan yang dibutuhkan bangsa besar ini dalam membangun bangsanya. “Saya pribadi selaku mantan penerima menilai kehadiran dan peruntukan dana beasiswa pendidikan kepada anak berprestasi dan anak berpotensi asal keluarga miskin sangat tepat,” kata penyiar Radio Republik Indonesia Jakarta Seksi Bahasa Arab ini. Dengan adanya bantuan dana pendidikan tersebut, lanjut dia, mampu meneruskan kesinambungan kelancaran pendidikan penerimanya. “Artinya, secercah harapan kembali terkuak,” tandas perempuan yang telah 15 tahun siaran luar negeri di seksi Bahasa Arab tersebut, sedikit puitis. Di tengah kesibukannnya mengelola siaran Bahasa Arab - satu-satunya acara radio di seluruh Indonesia - dan bayak mendapat respon masyarakat pendengarnya, terutama melalui surat asal Saudi Arabia, Mesir, Kuwait, Aljazair, Irak, Libya, Maroko, Yaman, Suriah dan sebagainya itu, ia menilai, apapun beasiswa pendidikan dari yayasan tersebut harus tetap jalan dan diberikan kepada anak-anak bangsa yang patut terpilih. “Karena masih banyak anak-anak calon sumber daya manusia dan pemimpin bangsa masa depan membutuhkan biaya pendidikan tersebut,” tukas Neni. Beasiswa pendidikan, menurutnya mampu melecut semangat belajar lebih giat lagi. Sementara penyandang cacat netra yang berhasil meraih gelar doktor berkat beasiswa dari yayasan tersebut, tak bisa membayangkan bila dirinya tidak memperoleh bantuan dana, meneruskan pendidikan hingga jenjang lebih tinggi. “Barangkali bukan hanya kegelapan, tapi keburaman nasib semakin tak jelas. Sebab saya yakin dengan memiliki bekal pendidikan tinggi tidak terlalu sulit untuk mengisi dan membangun kehidupan yang lebih baik,” kata Drs H Ahmad Basri, MPd. Meski dirinya menyandang cacat netra sejak usia dua tahun, dan hingga usia 15 tahun belum merasakan sekolah hanya karena di kota kelahirannya tidak ada sekolah khusus untuk tuna netra, lelaki kelahiran Kabanjahe, Sumatera Utara, 1948 ini menilai tidak mengurangi tekadnya untuk maju dan memberikan sumbangsihnya bagi pembangunan melalui pengabdian di bidang pendidikan. Tekad itu muncul ketika pada bulan Oktober 1997 berhasil menjadi guru calon pegawai negeri di Sekolah Luar Biasa Madrasah Aliayah, dan pada saat yang sama mendapat kesempatan meneruskan studi selama tiga bulan ke Sidney, Australia. “Di sanalah saya mendapat ilham bahwa tuna netra juga bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi setara dengan saudaranya yang mampu melihat normal,” ucapnya dengan nada bergetar. Karenanya ia ingin menjadi pelopor di Indonesia. “Alhamdulillah, berkat dana beasiswa Supersemar saya menjadi penyandang tuna netra satu-satunya peraih gelar S2, setidak-tidaknya hingga sampai saat ini. Tapi saya berharap ke depan akan semakin banyak lagi tuna netra mampu meraih gelar S2 bahkan S3,” tukas Ahmad Basri yang pada tahun 1963 pernah menjalani operasi mata tapi belum berhasil. Walaupun cacat netra ia mampu menyelesaiakan pendidikan SD dan SMP secara formal. Tahun 1968 ia masuk SMU (dulu SMA) PGII Bandung dan selesai dalam waktu dua tahun. Ia melanjutkan ke Fakultas Bahasa Inggeris SKFF Bandung, dan di IKIP Bandung mantan penerima beasiswa Supersemar ini meraih S2 pada jurusan yang sama. Untuk program S3 Ahmad Basri juga memilih program S3 jurusan sama di universitas yang sama pula. “Di luar negeri tidak sedikit profesor berlatar belakang sebagai penyandang tuna netra. Karena itu marilah semua para mantan penerima maupun yang masih menerima baik yang normal maupun penyandang cacat, mengucapkan terima kasih kepada pihak pemberi beasiswa pendidikan dengan cara mengukir prestasi terbaik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara,” cetus tuna netra intelektual yang acap kali diundang hadir ke berbagai acara seminar dan konferensi di luar negeri, seperti Malaysia, Belanda, Kolombo, Jepang, Nepal dan New York (AS).

No comments:

Post a Comment

Swety_Honey_Bee.. Winnie..

Swety_Honey_Bee.. Winnie..

WINNIE



Get your myspace layouts where I get them, at pYzam.com.
MySpaceLayouts

Pembicara di PLMJ Kampus..

Pembicara di PLMJ Kampus..